Orang Jaman Sekarang Patokan Baik Buruk itu Pikiran Mereka Udah Bukan Norma | SajakLarikMakna

3 tahun yang lalu saya pernah menulis kalau baik buruk itu tidak ada. Ternyata itu salah. Ternyata saya menulis itu berdasarkan pikiran saya untuk membenarkan apa yang terjadi. Sejak saat itu saya tidak pernah menemukan jalan yang baik karena pola pikiran membenarkan semuanya. Baik buruk itu ternyata ada tetapi dengan syarat kamu kembalikan ke 4 norma yang berlaku di komunitas.

Temuan ini muncul karena perjalanan. Ya perjalanan. Ya benar terasa sedikit dramatis sih ceritanya tapi memang kadang hal seperti itu yang diperlukan untuk mencari hal yang terbaik. Jujur sudah beberapa kali saya diselingkuhi tak urung juga orang-orang yang berselingkuh ini membenarkan perilaku cheating mereka. Menjengkelkan bukan? Jujur pembenaran perilaku cheating ini sempat terdengar manis dan benar di telinga awam saya, pada saat itu yaa. Bahkan hanya dengan argumentasi pembenaran ini saya dan mantan saya sempat berbalikan meski berakhir cheating kembali. Sampai saat itu saya putuskan dia bukan orang yang benar tapi saya masih berpatokan pada keyakinan pikiran saya.

Kemudian selang beberapa tahun saya masih dengan pikiran yang sama dan sempat berganti pacar meski akhirnya putus juga. Sampai terakhir saya pernah diselingkuhi lagi. Awalnya memang saya sempat berpikir apa saya yang salah atau dia yang salah bahkan sempat menganggap dia selingkuh karena saya yang salah. Tapi teman-teman saya selalu meyakinkan bukan salah saya.

Masalah tersebut justru memicu pemikiran saya. Sebenarnya apa patokan selingkuh? Rasa-rasanya tidak ada patokan selingkuh yang jelas. Bahkan saya melihat di sosial media ada yang bangga dengan perselingkuhan. Sampai pada akhirnya saya bertanya-tanya dengan banyak orang yang rasa-rasanya tidak menjawab pertanyaan saya. Karena pertanyaannya kembali ke pemahaman saya seperti semuanya dikembalikan ke orang masing-masing. Rasa-rasanya bukan jawaban yang tepat bukan?

Saya terus membawa pertanyaan besar itu sampai suatu ketika saya bertemu dengan teman saya yang agamis. Tenang saya tidak berdakwah tentang agama tapi pikirannya justru membuat saya terbuka dengan kebuntuan. Saya bercerita dan bertanya sampai dia menjawab “Gas, gini kekurangan orang jaman sekarang itu mereka menerjemahkan masalah dengan pemahaman atau pikiran mereka masing-masing yang bagiku itu ngga tepat. Alangkah lebih bijaknya dikembalikan ke norma-norma misal norma agama tapi masih ada norma yang lain ya. Agama kan sudah jelas membahas apa yang boleh dan tidak boleh hal itu bisa jadi patokan.” Seketika saya terpikirkan “oh iya ya kenapa ngga kepikiran” saya juga jadi terpikirkan jadi disini ya fungsi adanya agama atau norma. Jadi ketika manusia menerjemahkan masalahnya masing-masing dengan pikirannya yang ada adalah pembenaran. Maka rasanya semua omongan manusia kalau didengarkan itu terasa benar. Akan tetapi kebenaran itu belum berarti sesuai norma yang jadi patokan kehidupan di masyarakat.

Seiring berjalannya waktu saya membawa pikiran tersebut sampai saat ini. Uniknya beberapa hari yang lalu teman kuliah S2 saya menanyakan hal yang sama ketika saya menanyakan ke teman saya. Selanjutnya saya jawab dengan jawaban yang sama. Aku juga menjelaskan pikiran manusia itu dipengaruhi banyak hal. Pada akhirnya kesimpulan manusia bisa jadi kurang fair dan tidak bisa menjadi patokan utama.

Sekian tulisan saya hari ini. Semoga dapat menjadi masukan bagi kita semua ya. Jaga kesehatan!

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Scroll to Top