Hal yang saya pahami sejauh ini yaitu tidak ada yang tahu apa yang dipikirkan atau dirasakan orang lain. Perasaan itu hanya orang yang bersangkutan yang tahu. Apakah kamu perlu tahu? bisa jadi iya bisa jadi tidak. Semuanya tergantung apakah takdirnya kamu tahu apakah tidak harus tahu.
Saya percaya semua orang berusaha sebaik mungkin untuk hidupnya masing-masing. Meskipun kadang usaha baik orang tersebut mungkin ada yang menyakiti perasaan orang lain. Semua merujuk pada satu hal.
“Semua orang memiliki perasaan”
Saya berkata pada paragraf di atas bukan berarti kamu yang salah. Bukan berarti kamu kurang memahami perasaan orang lain. Tidak salah dengan kesalahpahaman dan semuanya wajar. Tinggal bagaimana sekelompok orang itu memahaminya. Apakah mereka akan mempertahankan ego mereka masing-masing atau bersikap lebih bijak dengan memaklumi atau memahami. Kalau mereka mempertahankan ego mereka masing-masing, apa boleh buat. Tidak perlu melakukan apa-apa. Cukup lakukan kebiasaan yang kamu anggap benar tetapi jangan diambil hati. Percayalah baik kamu atau orang lain, mampu berdiri hingga saat ini karena sikap itu. Sikap itu sudah berjasa pada hidupnya. Urusan baik atau benar saya tidak tahu karena.
“Fakta itu netral, benar dan salah itu subjektif”
Percaya saya, tidak ada yang bisa mengubah perilaku atau persepsi orang dengan mudah. Kecuali satu hal, ada kondisi ekstrim yang dialami orang tersebut. Entahlah, saya merasa jauh lebih berfikir semenjak ayah saya meninggal dan ada beberapa orang yang menyalahartikan maksud saya. Tidak usah terlalu dipikirkan tentang kondisi saya. Walau kadang sering terseok-seok tapi saya masih bisa memilih jalan yang akan saya tuju.
Kembali lagi ke topik. Intinya satu apabila ada orang yang kamu rasa jahat, sudah tidak perlu kamu pikirkan. Belum tentu apa yang kamu pikirkan itu benar tetapi kalau faktanya dia berniat jahat, saya yakin kamu tahu apa yang akan kamu lakukan.
Tertanda,
Pengamatmu
