Mentobatkan Satu Mushola |CeritaPendek

Cerita ini bisa jadi betul tapi bisa jadi karangan..

Tidak kusangka hal ini terjadi dan aku yakin semua orang tidak akan menyangka hal ini bisa terjadi.

Siang itu panas.. cukup panas.. sepertinya matahari ikut tes kesehatan di Kodam Diponegoro. Meneduh.. menjadi jalan satu-satunya menghindari sengatan matahari yang lucu ini. Meneduhlah aku di mushola sekalian solat dhuhur. Ya gimana loh, kalo ngga kembali kepada-Nya.. masa iya mau dosa terus.

Ga tau kenapa mushola itu sepi, padahal lokasinya di daerah tentara dan banyak calon tentara. Ya udah ngga usah dipikir, tentara kan bisa juga ngga solat.

Sebelum wudhu, pipis dulu lah dan selesai pipis.. perlu cebok ya kan.. masa iya digesek-gesekin di tembok sampe kering.. ngga mungkin dong.. ya ngga gitu lah. Dan set.. air kran mati. Sekilas pikiranku kosong waktu itu. Masa iya keluar dari kamar mandi terus beli aqua buat cebok? atau ngecek kran tempat wudhu satu-satu? (dengan ‘itu’ yang belum dicebokin). Ku geseklah.. engga dongg.. masa iya. Akhirnya, ku buka sedikit pintu kamar mandi sambil melihat keluar sepi atau tidak. Ternyata sepi.. langsung ku cek kran tempat wudhu terdekat dan.. ternyata hidup (waktu kejadian ini, ‘itu’-nya masih di luar). Hahaha.. semesta memihakku menn. Selesai ambil air sedikit, kran kamar mandi malah hidup. Bajindul.

Singkat cerita, mulailah aku solat dhuhur. Kemudian, entah kenapa tidak ada angin tidak ada hujan, lanjut solat tobat. Memang sedikit random, tapi itu yang terjadi. Dapatlah satu rekaat.. di saat rekaat kedua, ditepuklah pundakku ini. Berdasarkan ajaran agama, kalau seseorang yang solat ditepuk pundaknya jadilah imam (paling ngga itu yang aku paham).

Nah.. disini masalahnya, mereka ini mau solat dhuhur apa solat tobat. Kalau solat tobat, ya alhamdulillah (siapa tau saja dapat pahalakan). Selang beberapa waktu, bertambahlah orang-orang masuk mushola. Bukannya aku tidak khusyuk, tapi terlihat pantulan mereka dari depan karena sebagian temboknya dikeramik.

Tambahlah aku deg-degan, “opo iki sing dimaksud ustad-ustad pengajian.. ‘mentobatkan manusia’.” (apa ini yang dimaksud ustad-ustad pengajian mentobatkan manusia?), pikirku.

“Allahu Akbar”, jadilah aku imam untuk mereka sambil berpikir dalam hati“wah surga firdaus ki.. ana pasangan 60, oleh ngombe bir, mangan babi halal.. opo ora guayeng.” (wah surga firdaus ini.. ada 60 pasangan, boleh minum bir, makan babi halal.. apa ngga gayeng (bahagia dalam bahasa jawa)), sudah berpikiran seperti itu aku ya kan.

Saat rukuk bertambahlah jamaah lumayan banyak, ada rombongan tentara. Dalam hatiku “waduh mau sing nom saiki tentarane.. kurang sangar opo jal.. mentobatkan tentara.” (waduh tadi anak muda sekarang tentaranya.. kurang keren apa coba.. mentobatkan tentara), pikirku saat solat, sudahlah.

fix tidak khusyuk solat itu

Drududug (suara rombongan jemaah yang ku tobatkan dan terdengar cukup banyak).

Assalamu’alaikum..”

Selesailah solatku.. ku tengok ke belakang, “mosok iyo.. 3 shaf tentara karo murid e.. masyaallah wes tak tutugna agamaku” (masa iya.. 3 shaf tentara dan calon tentara.. masyaallah kutunaikan sudah agamaku)

Pesan Moral

Untung sempet cebok..

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Scroll to Top