FOMO dan Generasi Z: Antara Tekanan Sosial dan Pencarian Identitas

Ilustrasi Fomo. (Freepik)

Saat dunia berputar semakin cepat di era digital, istilah “FOMO” menjadi lebih relevan dari sebelumnya. Fear of Missing Out, yang berarti rasa takut ketinggalan, adalah perasaan cemas ketika seseorang merasa orang lain sedang menikmati pengalaman yang lebih menyenangkan, signifikan, atau memuaskan. Fenomena ini paling sering terlihat di kalangan Generasi Z (Gen Z), generasi pertama yang tumbuh dengan internet dan media sosial sebagai bagian integral dari kehidupan sehari-hari.

FOMO tidak hanya sekadar fenomena psikologis; ia telah menjadi gaya hidup yang berakar pada perubahan sosial dan teknologi. Apa yang menyebabkan Gen Z cenderung mengalami FOMO? Apa dampaknya terhadap kehidupan mereka? Mari kita telusuri lebih dalam.

Apa itu FOMO?

FOMO pertama kali didefinisikan oleh psikolog untuk menggambarkan rasa takut atau cemas yang muncul ketika seseorang merasa tertinggal dari sesuatu yang “penting.” Dalam konteks modern, FOMO sering kali dipicu oleh paparan media sosial, di mana pengguna dapat melihat kehidupan orang lain yang tampaknya lebih menarik, sukses, atau menyenangkan.

Studi Ilmiah: Penelitian oleh Przybylski et al. (2013) menemukan bahwa FOMO berhubungan erat dengan ketidakpuasan hidup dan kecenderungan untuk terus terhubung melalui media sosial. Ini menjadi bukti ilmiah pertama bahwa FOMO adalah fenomena psikologis yang nyata, bukan sekadar istilah populer.

Sumber:

  • Przybylski, A. K., et al., “Fear of Missing Out: A Social Media Phenomenon,” dalam Computers in Human Behavior.

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Scroll to Top