
Meski fenomena pergi aja dulu yang ditanggapi negatif oleh pejabat-pejabat tapi saya ingin tetap menulisnya agar dapat mengambil hal positif yang lebih mudah kedepannya. Halo semuanya perkenalkan, saya Bagas Rindirindi lulusan sarjana Perencanaan Wilayah dan Kota serta sedang berada di tahap semester akhir Magister Perencanaan Wilayah dan Kota. Sejak program sarjana meneliti perantauan di desa, pengembangan desa, dan pertanian.
Teori tentang perantauan itu sebenarnya sudah diteliti sejak abad 18 ketika Amerika masih berperang dengan kuda. Pada dasarnya orang merantau itu karena terdapat faktor pendorong dari kampung halaman dan faktor penarik dari daerah tujuan. Faktor pendorong ini seperti keterbatasan ekonomi di desa, kondisi sosial yang tidak mendukung beberapa masyarakat, atau bisa juga seperti keterbatasan fasilitas di daerah asal. Sedangkan di lain sisi faktor penarik migrasi adalah kelengkapan di perkotaan yang melayani seluruh kalangan.
Kalau ingin membaca bisa membaca teori dari Jadwab tentang Rural Push dan Urban Pull Factors.
Akan tetapi fenomena migrasi atau merantau kerap dipandang sebagai hal yang negatif. Kenapa hal ini bisa terjadi? Jawabannya sederhana dalam migrasi ada sesuatu yang ditinggalkan pada prosesnya dan alasan meninggalkan itu biasanya hal yang tidak baik. Biasanya alasan merantau adalah alasan ekonomi. Biasanya keterbatasan kesempatan kerja, penghasilan yang tidak mencukupi, atau mulai kurang menariknya pertanian.
Meski mayoritas penyebab migrasi karena lingkungan asal migran yang kurang sesuai serta daerah tujuan yang menyediakan semuanya, saya harap jangan selalu memandang hal tersebut sebagai hal yang negatif saja. Migrasi atau merantau itu akan tetap terjadi meski kondisi baik sekalipun. Kenapa bisa seperti itu? Saya akan sedikit menjelaskannya pada tulisan ini.
Pertama, perkotaan itu pada dasarnya membutuhkan tenaga kerja. Pada dasarnya perkotaan itu adalah kawasan non pertanian dimana kawasan tersebut adalah kawasan dengan sektor perdagangan dan jasa, perkantoran, pergudangan, dan industri pengolahan. Dimana pada utamanya kawasan tersebut memiliki intensitas aktivitas yang tinggi. Kenapa bisa tinggi? sektor-sektor yang saya sebutkan itu memerlukan orang yang banyak dan perlu hadir setiap hari sehingga mengakibatkan intensitas aktivitas yang tinggi itu tadi. Berbeda dengan perdesaan dengan sektor ekonomi utamanya adalah sektor pertanian. Dimana sektor pertanian cukup dilakukan dengan sebagian kecil orang saja. Itu hanya dari segi tenaga kerja saja belum dari segi kondisi ekonomi pertanian perdesaan yang tidak cukup hanya dengan penetapan harga saja. Tapi anggaplah kondisi pertanian kita sudah sempurna. Apakah migrasi akan menghilang? jawabannya tidak akan karena migrasi adalah wujud terdapatnya interaksi antar wilayah.
Anggaplah kondisi ekonomi perdesaan jauh lebih baik demikian juga dengan perkotaan. Perkotaan akan tetap menuntut permintaan tenaga kerja dan perdesaan akan tetap memasok tenaga kerja untuk perkotaan. Kembali lagi terdapat suatu interaksi antar dua kawasan tersebut dan itu penting bagi terutama ekonomi. Kalau menganggap interaksi itu hanya dengan sebelah mata saja dan menganggap merantau hanya sekedar hal negatif akan salah juga. Orang merantau sebenarnya juga akan memanfaatkan sebagian uangnya ke kampung halamannya. Setidaknya bagi yang masih memiliki romansa terhadap kampung halamannya. Tapi bagi yang menganggap kampung halaman hanya sebagai pengalaman buruk, ekonomi akan tetap berputar di kota itu yang akan jadi masalah. Maka bagi daerah yang ditinggal perlu mendukung dan menciptakan suasana yang mendukung bagi kemunculan fenomena tersebut.
Bagi saya dengan orang merantau, orang merantau setidaknya tidak hanya membawa uang ke desa saja atau ilmiahnya remitansi tetapi perantauan dapat membawa ilmu dan teknologi yang mereka ketahui ketika bermigrasi. Itu hal positif bukan? Jadi sah-sah dan positif-positif saja apabila melakukan kepergian sebagai salah satu strategi penghidupan berkelanjutan. Tinggal bagaimana dan apa yang akan dilakukan oleh perantauan itu kepada kampung halaman mereka. Apakah akan menghinakan kampung halaman dan lupa, atau justru kembali dan memperbaiki kondisi keluarga di kampung halaman.

