Selamat datang teman-teman di tempat sumbernya tulisan yang mungkin ada benernya kalo dipikir-pikir. Disclaimer dulu tulisan ini tidak saya tulis dari riset atau apalah itu tetapi sekedar opini dan pendapat pribadi jadi jangan dijadikan patokan.
Dulu sewaktu saya kecil saya sering mendengar bapak saya menggerutu dan tidak urung menghinakan orang-orang penting negeri ini yang tidak sependapat dengan bapak saya. Juju saya pada waktu itu saya tidak terlalu paham apa yang dikatakan bapak saya dan kenapa bapak saya se-emosional itu. Tapi saya yakin andai bapak saya masih hidup sampai saat ini mungkin bukan hanya emosi, bisa saja dia melakukan aksi.
Jujur saya kerap pesimis karena cara bicara sebagian kecil orang-orang besar yang diberi kesempatan kekuasaan di Indonesia. Dianggap kurang bersyukurlah, dianggap kufurlah, bahkan tidak jarang juga dikaitkan dengan hal-hal politis yang padahal ada niat ke arah politis juga tidak. Bagi saya hal yang saya sebut di atas apabila dilakukan membuktikan cara pikirnya bukan masa depan dan kurang memperhatikan tentang hal yang mungkin dimungkinkan akan terjadi.
To the point saja, teman-temen sah-sah saja apabila mengatakan saya adalah salah satu orang yang sakit hati dengan perkataan Bahlil Lahadalia. Gimana tidak sakit hati karena saya adalah tipe orang yang memikirkan kondisi orang lain dan saya membayangkan bagaimana perasaan orang-orang yang benar-benar susah, tidak ada kerjaan, dan benar-benar bergantung dengan bantuan tetapi dianggap kufur karena kritik soal lapangan kerja wkwk. Terasa sedikit kejam memang. Gini-gini saya jelaskan sedikit tentang apa yang akan dilakukan ESDM dan saya hubungkan dengan konteks lapangan kerja sekarang-masa depan. Tentu dalam konteks rencana ya!
Bagi yang belum tahu, sebenarnya kementerian ESDM itu berniat melakukan peralihan energi dari fosil menjadi energi baru terbarukan dan berdasarkan kajian mereka peluang penciptaan lapangan kerjanya akan sangat besar. Iya sangat besar, tetapi itu dimasa depan teman-teman. Peralihan energi dari fosil menuju energi baru terbarukan itu butuh yang namanya pembangunan fisik. Saya ibaratkan teman-teman mau rumah mewah pasti perlu membangun dulu kan karena ngga bisa kita beli rumah mewah di shopee atau tokopedia. Kenapa ngga bisa cepat ya sesederhana uang yang digunakan untuk membangun fisik tersebut besar. Jadi dalam penyusunan dan implementasi strategi dilakukan bertahap.
Kembali ke konteks lapangan kerja yang masalahnya saat ini dan saya tabrakan dengan opini kalau peluang lapangan kerja kita besar. kalau bicara konteks lapangan kerja, kita bicara soal kondisi ekonomi rumah tangga atau individu. Pastinya konteks urgensi kebutuhan peluang kerja segera itu berbeda-beda setiap orang. Bisa saja ada yang benar-benar butuh uang.
Coba saya sedikit tabrakan dengan konteks rencana pembangunan energi di Indonesia dengan peluang kerja yang sangat besar dengan pencari kerja saat ini. Jawabannya kurang bisa menjadi jawaban para pencari kerja saat ini. Permasalahan lapangan kerja itu perlu hal jawaban yang cepat dan perlu strategi yang cepat pula. Setidaknya ada arahan apa yang perlu dilakukan bagi orang-orang yang sedang kebingungan ini. Jadi disitulah kurang baiknya diposisi mungkin saja ada orang yang benar-benar terpojok tetapi dikatakan negatif juga kurang baik.
Saya rasa melihat tuntutan kepada pemerintahan untuk memperbaiki masa sekarang dan masa depan menjadi tuntutan yang terlalu berat juga. Maka kondisi sedikit kacau di bawah, di atas kurang tahu sehingga terjadi banyak miss yang terjadi. Sebenarnya besar harapan saya kondisi kaya gini ada jawabannya. Karena mau ngga mau pemerintah perli jadi jembatan yang ada di bawah dan di atas. Jangan hanya yang di bawah perlu mendongak saja dan yang di atas hanya dengan nengok dari atas.

