Wanita Menginap di Kos Teman Wanitanya itu Wajar, Pria Menginap di Kos Teman Prianya Dianggap Gay | CeritaSetengahBerita

Jepretan Nicholas Swatz dalam non copyright image on pexels.com

Disclaimer dulu, kalau penulis normal dan cerita ini bisa jadi hanya becanda, tetapi ada kemungkinan tidak becanda.. asw semua-smuanya perlu disclaimer.

Siapa yang mengira stigma negatif ini bisa tersebar luas, bahkan sampai di lingkungan penulis. Setidaknya, mayoritas teman laki-laki penulis memiliki pemahaman, jika laki-laki menginap di kos teman laki-lakinya itu gay. Uniknya, stigma ini malah menjadi bahan becandaan dan bully-bullyan di antara anak laki-laki.

“Ngga nginep di tempat “A” dulu, Gas?”, tanya R kepada penulis dengan nada aneh (06/02/24).

“Ngga bang, takut”, jawab penulis kepada R (06/02/24).

“Oh iya,.. Apa mau ke kontrakan gua dulu?”, tanya R kepada penulis (06/02/24).

“Ngga bang, takut”, jawab penulis kepada R (06/02/24).

Potongan percakapan itu muncul ketika penulis sedang beristirahat disela waktu kuliah. Tentu saja, diantara penulis dan R sudah mengetahui arah percakapan itu mengarah kemana. Apalagi kalau tidak topik ‘gay’.

Lebih jauh lagi, penulis kerap mendapat kiriman video reels dengan tema gay dari R. Wajar jika penulis curiga terhadap R… nguerii soalnya. Becandaan dengan tema gay semakin hari semakin normal saja. Terkadang penulis merasa takut dan menikmati becandaan ini sekaligus. #ehgimana. Penulis menikmati fenomena ini sebagai bentuk keakraban tetapi penulis juga takut kalau-kalau orang yang menggunakan gay ini adalah gay yang sebenarnya.

Sempat juga beberapa waktu yang lalu terdengar kabar di fakultas tempat penulis berkuliah terdapat grup khusus komunitas gay. Hampir saja penulis join.. ngga dong.. masa iya join. Namun, kabar itu hanyalah kabar burung dan tidak pernah terdengar lagi. Untung saja bukan kenyataan.. atau mungkin penulis yang tidak mengetahui kenyataan sebenarnya.

Bagi penulis yang masih memegang kaidah agama yang kuat sehingga tidak setuju dengan LGBT, gay adalah hal yang sudah lumrah tapi tidak dibenarkan. Penulis lumrahkan kalau mereka menyukai sesama jenis tetapi tidak akan saya benarkan.. apalagi kalau suka sama saya. Meski saya masih memegang kaidah agama, saya tidak akan menolak keberadaan manusia gay baik itu memukul, menendang, atau kekerasan lain.

Cerita ini cukup menarik untuk diceritakan. Apalagi pada anak cucu kita kelak agar mereka berhati-hati dalam pergaulan. Menjalani hidup berdekatan dengan gay dan stigmanya, tetapi dapat bertahan untuk tetap normal. Wah.. wah.. wah.. Memang keren kali si penulis ini.

Kita biarkan saja cerita dan stigma gay ini semakin menjadi-jadi. Siapa tahu saja, semakin berjalannya waktu, penentu seseorang gay bukan terangsang dengan sesama jenis, tetapi cukup dengan membeli gorengan bersama.

pak dung des~

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Scroll to Top