
Salam wahai sobat perantauan yang mudiknya harus rebutan tiket angkutan umum! Sudah bukan jadi rahasia lagi kalau fenomena merantau atau dalam bahasa kerennya disebut dengan migrasi menjadi fenomena yang terjadi secara besar besaran di Indonesia. Umumnya, masyarakat yang bermigrasi memiliki maksud untuk menaikkan tingkat perekonomian keluarganya, namun tidak sedikit para pejuang rupiah ini yang malah terjebak di hiruk pikuk perkotaan, tanpa arah dan tujuan, menganggur tanpa info pekerjaan. Tulisan ini akan mengulas bagaimana fenomena merantau ini menjadi salah satu faktor permasalahan perkembangan kewilayahan yang terjadi secara dan terus menerus.
Secara umum, migrasi dapat didefinisikan perpindahan penduduk dari satu wilayah ke wilayah lainnya dalam jangka waktu yang lama/permanen dengan tujuan tertentu. Beberapa ahli juga memberikan penjelasan terkait migrasi, seperti Brown dan Sanders (1981) yang berpendapat bahwa migrasi disebabkan adanya kepuasan maupun ketidakpuasan individu atau rumah tangga secara keseluruhan terhadap tempat yang ada. Jika kepuasan dari tempat yang baru itu cukup menyimpang dari kebutuhan maupun harapan, maka individu akan mempertimbangkan untuk mencari lokasi baru.
Pendapat tersebut relevan dengan kasus yang terjadi di Indonesia, dimana rata-rata remaja lulusan SMA/SMK lebih memilih untuk merantau untuk mencari pekerjaan atau tingkat pendidikan yang lebih tinggi, tentunya yang tidak bisa didapatkan di daerah asal mereka. Kasus yang terjadi di beberapa kota besar yang memiliki Universitas yang baik, seperti Kota Semarang atau Provinsi DI Yogyakarta dipenuhi oleh remaja-remaja harapan bangsa dari luar wilayah, bahkan hingga luar provinsi dan luar negeri demi mengenyam pendidikan tinggi. Dalam hal pekerjaan, kawasan industri di Provinsi Jakarta dan Jawa Barat, khususnya Kabupaten Cikarang dan Karawang tumbuh dengan baik. Pertumbuhan yang baik memberikan jaminan berupa Upah Minimum Karyawan yang tergolong tinggi, sehingga menarik masyarakat usia produktif khususnya remaja untuk datang mencari pekerjaan dengan gaji tinggi. Tentunya bagi sobat – sobat family backbone akan sangat tertarik, karena prinsip kerja enak atau tidak enak tidak menjadi masalah asalkan mendapat gaji tinggi, karena memegang teguh prinsip gaji tinggi sama dengan jaminan hidup yang lebih baik.


