Antara Kota dan Desa: Menelusuri Akar Ketimpangan dalam Pembangunan Desa

Perkembangan yang signifikan ini membuka kemungkinan bagi Perkotaan Surakarta untuk berkembang menjadi kota metropolitan. Proses urbanisasi yang berlangsung di sekitar wilayah Perkotaan Surakarta terus berlanjut, yang juga terlihat dari peningkatan lahan terbangun sebesar 741,5 ha antara tahun 2003 hingga 2011 (BPS, 2013). Penambahan lahan terbangun kini telah menyebar ke arah barat (Kecamatan Kartasura), selatan (Kecamatan Grogol), dan timur (Kecamatan Jaten).

Kondisi saat ini menunjukkan kecenderungan terpusatnya seluruh pelayanan fasilitas umum dan ekonomi di Kota Surakarta, sementara peran dari sub-sub pusat pertumbuhan yang ada belum terhubung secara baik, yang dapat menyebabkan ketimpangan. Hal ini dapat dilihat dari kegiatan perdagangan dan jasa di wilayah Perkotaan Surakarta. Perkembangan sektor perdagangan, seperti minimarket, toko/warung, dan restoran/kedai makanan, cenderung terkonsentrasi di beberapa kecamatan. Terdapat empat kecamatan yang mengalami perkembangan aktivitas perdagangan yang tidak seimbang jika dibandingkan dengan kecamatan lainnya. Sebaran fasilitas perdagangan paling banyak terkonsentrasi di Desa Ngringo, Desa Kartasura, Ngadirejo, Pabelan, Kelurahan Semanggi, Mojosongo, Kelurahan Jebres, dan Kelurahan Nusukan. Hal ini menunjukkan bahwa perkembangan aktivitas ekonomi masih belum merata dan terfokus di beberapa daerah tertentu. Selain itu, kegiatan industri besar di Perkotaan Surakarta hanya terkonsentrasi di Kecamatan Jaten dan Kawasan Industri Palur (Wahyuhana & Botanri, 2017).

Dari aspek pertanian, hasil produksi pertanian di Perkotaan Surakarta cenderung mengalami penurunan tiap tahunnya. Lahan pertanian terus berkurang setiap tahunnya akibat kerusakan atau penyusutan lahan yang disebabkan oleh aktivitas pembangunan fisik, yang antara lain terjadi di beberapa desa di Kecamatan Ngemplak, seperti Desa Sawahan, Pandeyan, Ngesrep, Sindon, dan Donoduhan. Perkembangan industri di wilayah Perkotaan Surakarta, baik industri besar maupun UMKM, berdampak pada perubahan mata pencaharian penduduk. Peralihan mata pencaharian ini dapat dilihat dari pergeseran penduduk yang sebelumnya bekerja di sektor pertanian, beralih ke sektor industri dan perdagangan.

Kesenjangan antar wilayah di Perkotaan Surakarta dipengaruhi oleh proses akumulasi dan mobilisasi sumber daya, seperti modal, keterampilan tenaga kerja, dan sumber daya alam yang dimiliki suatu daerah, yang menjadi pendorong utama dalam percepatan pertumbuhan ekonomi wilayah tersebut. Heterogenitas dan beragamnya karakteristik suatu wilayah menyebabkan kecenderungan terjadinya konsentrasi aktivitas ekonomi secara terpisah, yang pada gilirannya menciptakan ketimpangan antar daerah. Selain itu, ada juga kecenderungan bagi pemilik modal (investor) untuk lebih memilih daerah perkotaan atau wilayah yang memiliki fasilitas infrastruktur yang lebih baik.

DAFTAR PUSTAKA

Badan Pusat Statistik Indonesia. (2013). Proyeksi Penduduk Indonesia Indonesia Population Projection 2010-2035. Jakarta: BPS.

Dawkins, C. J. (2003). Regional development theory: Conceptual foundations, classic works, and recent developments. Journal of planning literature, 18(2), 131-172.

Hidayat, N. (2020). Fenomena migrasi dan urban bias di Indonesia. Jurnal geografi, 12(1), 22-31.

Lipton, M. 1991. Why Poor People Stay Poor. Urban Bias In World Development. ANU Press.

Susiati, A. (2022). Analysis of Migration Phenomenon and Urban Bias in Indonesia. Formosa Journal of Sustainable Research, 1(7), 1029-1040.

Petrakos, Pose and Rovolis. 2005. Growth, Integration, and Regional Disparities in the European Union. International Journal Environment and Planning, Vol. 37, 2005.

Tambusay, B. W., Harahap, I., & Nawawi, Z. M. (2024). Fenomena Migrasi dan Urban Bias dalam Konteks Indonesia. JEPP: Jurnal Ekonomi Pembangunan Dan Pariwisata, 4(1), 40-47.

Wahyuhana, R. T., & Botanri, A. A. A. (2017). KAJIAN ASPEK EKONOMI DAN KETIMPANGAN WILAYAH PERKOTAAN SURAKARTA. Jurnal Planologi Unpas, 4(3), 835-848.

Yani, R. D. F. (2017). Urban Bias Sebagai Perangkap Keterbelakangan Pembangunan Desa. Geo Media: Majalah Ilmiah dan Informasi Kegeografian, 15(2).

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Scroll to Top