Permasalahan Pangan dan Tuntutan Kualitas Hasil di Indonesia
Menurut data BPS, produksi padi sepanjang Januari – September 2023 mencapai 45,33 juta ton GKG, mengalami penurunan sebesar 0,11 juta ton GKG atau sebesar 0,23 persen dibandingkan periode yang sama pada tahun sebelumnya. Sementara itu, luas panen padi sepanjang Januari – September 2023 sebesar 8,66 juta hektar atau mengalami penurunan sebesar 0,03 juta hektar dibanding periode yang sama pada tahun sebelumnya. Jika produksi padi dikonversikan menjadi beras untuk konsumsi pangan penduduk, produksi padi sepanjang Januari – September 2023 diperkirakan setara dengan 26,11 juta ton beras atau mengalami penurunan sebesar 58,56 ribu ton beras (0,22 persen) dibandingkan bulan Januari – September 2022 yang sebesar 26,17 juta ton. Sementara itu, potensi produk beras sepanjang Oktober – Desember 2023 adalah sebesar 4,78 juta ton beras. Dengan demikian, total produksi beras pada 2023 diperkirakan sekitar 30,9 juta ton beras atau mengalami penurunan sebesar 645,09 ribu ton beras (2,05 persen) dibandingkan produksi beras pada 2022 yang sebesar 31,54 juta ton beras. Penurunan ini salah satunya dipengaruhi oleh luas panen padi yang mengalami penurunan sebesar 0,03 juta hektar dibanding periode yang sama pada tahun lalu, dimana luas lahan panen padi sepanjang bulan Januari – September 2023 adalah 8,66 juta hektar. Daerah penyumbang utama penurunan luas panen berada di Provinsi Jawa Barat, Sulawesi Selatan, dan Jateng, dimana daerah tersebut merupakan lumbung padi nasional. Salah satu faktor penyebab menurunnya luas lahan pertanian adalah perubahan fungsi lahan, dari lahan pertanian seperti sawah menjadi lahan yang tidak produktif. Makin sempitnya lahan pertanian ditandai dengan berkurangnya aktivitas produk pertanian, dari mulanya terdapat kegiatan usaha tani berubah menjadi kegiatan lain di luar usaha tani. Akibat dari alih fungsi lahan pertanian, tidak jarang petani yang beralih profesi karena dinilai tidak menguntungkan atau sering kali rugi. Mayoritas petani yang beralih profesi, bekerja di industri dan pabrik, bahkan ada yang melakukan urbanisasi ke kota.
Pembangunan perumahan pada lahan pertanian juga menjadi penyebab lahan pertanian menjadi sempit. Bertambahnya jumlah penduduk berbanding lurus dengan kebutuhan tempat tinggal, sehingga bisnis properti atau perumahan semakin meningkat. Petani yang diimingi harga tinggi akhirnya menjadi tergoda untuk menjual sawah miliknya kepada pengembang. Pendirian pabrik di daerah pedesaan juga turut berkontribusi terhadap berkurangnya lahan pertanian. Murahnya biaya tenaga kerja di pinggiran kota tentu berpengaruh terhadap biaya produksi yang rendah, sehingga tidak jarang pada beberapa daerah di Indonesia, lahan pertanian berubah menjadi kawasan industri.


