Sampai saat ini, Presiden RI Prabowo Subianto menyatakan komitmen Indonesia menuju swasembada pangan sebagai langkah utama menghadapi tantangan global yang semakin kompleks. Bahkan, ia menargetkan Indonesia mencapai swasembada pangan dalam kurun waktu tiga sampai empat tahun mendatang, dengan mencetak luas lahan panen hingga empat juta hektar di akhir masa jabatannya. Namun, untuk mencapai target swasembada pangan tentu harus memperhatikan tantangan yang akan dihadapi. Tantangan-tantangan yang dapat muncul, seperti masifnya konversi lahan atau alih fungsi lahan pertanian menjadi lahan non-pertanian. Di tengah isu perubahan iklim, konversi lahan menjadi ancaman serius dalam upaya peningkatan produksi padi sebagai bahan pangan pokok masyarakat Indonesia. Kondisi ini menjadi ironi mengingat kebutuhan cetak lahan sawah diprediksi terus meningkat seiring dengan peningkatan jumlah penduduk dan permintaan padi.
Menurut Guru Besar bidang Penyuluhan dan Komunikasi Pertanian UGM, Prof. Subejo, S.P., M.P., Ph.D., untuk mencapai swasembada pangan, pemerintah harus memiliki kebijakan dan program yang terintegrasi, mulai dari ekstensifikasi, intensifikasi, dan diversifikasi yang melibatkan berbagai Lembaga dan Kementerian di tingkat pusat dan daerah. Hal mendesak yang juga perlu dikerjakan adalah melakukan intensifikasi di daerah basis produksi pangan, di mana selama ini intensifikasi lahan basah masih kurang dari 200 persen, yang artinya baru ditanami kurang dari dua kali dalam satu tahun. Dengan dukungan sistem irigasi yang baik, Subejo meyakini akan sangat terbuka peluang untuk meningkatkan intensitas penanaman sampai dua kali dan bahkan untuk daerah tertentu yang ketersediaan airnya memadai bisa tiga kali tanam dalam waktu satu tahun.
Referensi:
Abidin, Z. (2015). Strategi bertahan hidup petani kecil di desa Sindetlami Kecamatan Besuk Kabupaten Probolinggo.
Andriyani, Triya. 2024. Prabowo Ingin RI Swasembada Pangan, Ini Saran Pakar UGM. Diakses pada 15 Januari 2025 dari https://ugm.ac.id/id/berita/prabowo-ingin-ri-swasembada-pangan-ini-saran-pakar-ugm/
Assan, A. (2019). Strategi Bertahan Hidup Petani Gurem di Desa Tukul Kecamatan Tering Kabupaten Kutai Barat. Jurnal Sosiatri-Sosiologi, 7(3), 54-67.
Juanda, Y. A., Alfiandi, B., & Indraddin, I. (2019). Strategi Bertahan Hidup Buruh Tani di Kecamatan Danau Kembar Alahan Panjang. JISPO Jurnal Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, 9(2), 514-530.
Kusnadi. 2000. Nelayan Adaptasi dan Jaringan Sosial. Bandung: Humaniora Utama Press
Kumesan, F., Ngangi, C. R., Tarore, M. L., & Pangemanan, P. A. (2015, August). Strategi bertahan hidup (life survival strategy) buruh tani di Desa Tombatu Dua Utara Kecamatan Tombatu Utara. In Cocos (Vol. 6, No. 16).
Scoones, I. (1998). Sustainable rural livelihoods: a framework for analysis (Vol. 72, pp. 1-22). Brighton: Institute of Development Studies.
Sugihardjo, S., Lestari, E. N. Y., & WIBOWO, A. (2012). Strategi Bertahan dan Strategi Adaptasi Petani Samin terhadap Dunia Luar (Petani Samin di Kaki Pegunungan Kendeng di Sukolilo Kabupaten Pati). SEPA: Jurnal Sosial Ekonomi Pertanian dan Agribisnis, 8(2).


